KENDARI - Hasil survei terbaru LSI Denny JA mengungkap alasan mendalam di balik tingginya keinginan masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra) akan pemimpin yang bersih dari korupsi. Survei yang dilakukan pada 8-17 Oktober 2024 menunjukkan bahwa 61,9% masyarakat menilai kondisi ekonomi mereka tidak membaik, dengan rincian 41,7% menyatakan kondisi sama saja dan 20,2% menyatakan lebih buruk.
"Ada tiga faktor utama yang mendorong keinginan kuat masyarakat Sultra akan pemimpin yang bersih. Pertama, mayoritas menilai kondisi ekonomi mereka tidak membaik. Kedua, korupsi dipandang sebagai biang keladi kondisi ekonomi yang buruk. Ketiga, masih ada trauma atas kasus korupsi gubernur sebelumnya," ujar Direktur LSI Denny JA, Adjie Alfaraby dalam paparannya di Kendari, Rabu (23/10/2024).
Dari responden yang menilai ekonomi tidak membaik, 35,5% menyalahkan korupsi di pemerintahan sebagai penyebab utama. "Selain itu, 24,5% menyalahkan pemimpin yang tidak memenuhi janji, 15,2% mengaitkannya dengan kondisi ekonomi nasional yang kurang baik, dan 7,8% menilai pemerintah tidak peduli terhadap ekonomi masyarakat," jelasnya.
Faktor trauma masyarakat terhadap kasus korupsi gubernur sebelumnya juga menjadi pertimbangan signifikan. "Sebanyak 61,8% masyarakat Sultra masih mengingat kasus korupsi mantan Gubernur Nur Alam yang diduga merugikan negara sebesar 4,3 triliun. Dari angka tersebut, 94,1% mengetahui bahwa mantan gubernur tersebut pernah dipenjara karena kasus korupsi," papar Adjie.
Dalam konteks ini, survei menemukan bahwa pasangan Andi Sumangerukka-Hugua (ASR-Hugua) dinilai paling memenuhi kriteria pemimpin yang diinginkan masyarakat. "Meski popularitas ASR sebesar 81,5% masih di bawah Tina Nur Alam yang mencapai 88,7%, namun tingkat kesukaan publik terhadap ASR mencapai 80%, tertinggi dibanding calon lainnya," ungkapnya.
Keunggulan ASR-Hugua juga terlihat dari kepercayaan publik terhadap kemampuan mereka menyelesaikan masalah ekonomi. "Sebanyak 36,2% responden yakin ASR-Hugua paling mampu menyelesaikan masalah ekonomi, diikuti Tina-Ihsan 27%, LA-Ida 21,1%, dan Ruksamin-Sjafei 11,3%," terang Adjie.
"Yang lebih penting lagi, 38% responden menilai ASR-Hugua sebagai pasangan yang paling bersih dari korupsi. Ini jauh di atas Tina-Ihsan yang memperoleh 24,2%, LA-Ida 23,5%, dan Ruksamin-Sjafei 8,3%," tambahnya.
Survei yang melibatkan 800 responden dengan margin of error ±3,5% ini menggunakan metode multistage random sampling melalui wawancara tatap muka. "Temuan ini menunjukkan bahwa isu korupsi dan ekonomi menjadi pertimbangan utama masyarakat Sultra dalam memilih pemimpin. Publik tampaknya menginginkan pemimpin yang tidak hanya bersih dari korupsi, tapi juga mampu menyelesaikan persoalan ekonomi," tutup Adjie.